Cari lagi lagu-lagu, lirik atau ringkasan dan info buku maupun lagu, baik dengan judul lagu maupun penyanyi.
Custom Search

Jumat, 08 Mei 2009

Pengarang Cerita Silat

Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Nama Lengkap:
Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo
Lahir:
Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926
Meninggal:
Solo, 22 Juli 1994

Dia legenda pengarang cerita silat. Kho Ping Hoo, lelaki peranakan Cina. Selama 30 tahun lebih berkarya, dia telah menulis sekitar 400 judul serial berlatar Cina, dan 50 judul serial berlatar Jawa. Legenda Kho Ping Hoo, pernah menjadi sinetron andalan SCTV. Lewat penerbit CV Gema, karya-karyanya masih terus dicetak. tokoh-tokoh silat dalam ceritanya, seperti Lu Kwan Cu, Kam Bu Song, Suma Han, Kao Kok Cu, atau Wan Tek Hoat dan Putri Syanti Dewi, Cia Keng Hong, Cia Sin Liong, Ceng Thian Sin, dan Tang Hay. Serta tokoh-tokoh dalam serial paling legendaris Bu Kek Siansu dan Pedang Kayu Harum.Kepopulerannya makin memuncak manakala merilis serial silat terpanjangnya Kisah Keluarga Pulau Es, yang mencapai 17 judul cerita, dengan ukuran panjang antara 18 sampai 62 jilid. Dimulai dari kisah Bu Kek Siansu sampai Pusaka Pulau Es.
Karya serial berlatar Jawa, yang juga terbilang melegenda antara lain Perawan Lembah Wilis, Darah Mengalir di Borobudur, dan Badai Laut Selatan. Bahkan Darah Mengalir di Borobudur, pernah disandiwararadiokan.

Khu Lung
Sebagai angkatan muda pengarang cerita silat, Khu Lung (Gu Long) sangat menghormati para seniornya. Terlahir dengan nama Him Yauw Hoa (Xiong Yaohua atau Heung Yiu-wah, dalam dialek Kanton), Khu Lung kemudian terkenal sebagai pengarang yang jenius sekaligus eksentrik.
Ia memulai karir kepenulisan dengan mengarang roman- roman percintaan, tapi pada akhirnya menemukan jalan sebagai penulis cerita silat atas usulan dari seorang kekasihnya yang rajin membaca karyanya sewaktu muda.
Pada periode 1960-an, Khu Lung adalah satu dari empat pengarang cerita silat terbesar yang dijuluki Empat Empu Novel Kungfu Terbaik saat itu; lainnya adalah Zhu Qingyun, Woongsheng dan Sima Ling.
Kecerdasannya dalam mengolah cerita fantasi yang memuat pertarungan lucu dengan bumbu romantisme yang vulgar membuat Khu Lung banyak dipuja para pembaca novel kungfu. Tak kurang dari 60 karyanya telah diterbitkan dan hampir semuanya telah diangkat ke layar perak oleh Shaw Brothers, perusahaan film terbesar di Hong Kong saat itu.
Serial Pendekar Empat Alis dan Pendekar Harum diakui Khu Lung sebagai dua karyanya yang paling dia banggakan. Novel Khu Lung memuja kepuasan hidup dan sebagai hedonis ia tahu benar cara menikmatinya.

Chin Yung
Lima belas novel laga petualangan terlaris lahir dari Chin Yung (Jin Yung), nama pena Zha Liangyong. Pria kelahiran Haining, 6 Februari 1924 ini sudah puluhan tahun membuai orang dengan jalinan kisah cinta yang diramu petualangan jagoan kungfu.
Mungkin Anda masih ingat dengan serial televisi Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali dengan kisah cinta Yo Ko-Siaw Lionglie yang diperankan Andy Lau-Idy Chan itu ditayangkan di layar Indosiar.
Kisah Pemanah Burung Rajawali (Siatiaw Enghiong/Xiadiao Yingxiong Zhuan) dan Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali (Sintiaw Hiaplu/Shendiao Xialu) hanya dua kisah dari 15 kisah lain yang lahir dari goresan pena Chin Yung. Kisah lainnya, di antaranya, kisah Tan Keelok (Chen Chialuo) dalam Pedang dan Kitab Suci, kisah Boekie dalam Pedang Pembunuh Naga (To Liong To), serta Demi-gods and Semi-devils (Tianliong Patpoh/ Tian Long Ba Bu).
Chin Yung memang bukan ahli kungfu, namun jurus-jurus maut semacam Jurus Kodok (Ha Mo Kang) milik tokoh Auwyang Hong (Ouyang Feng) atau Jurus Delapan Belas Telapak Naga (Hanliong Sipat Chiang) andalan Kwee Ceng (Guo Qing) merupakan dua dari sekian banyak jurus kungfu rekaannya yang menurut keterangan beberapa ahli bela diri memang berakar kuat pada ilmu kungfu.


Chin Yung kini jadi salah satu orang terkaya di Hong Kong. Dia pernah menjadi pimpinan umum dan pimpinan dewan pengurus kehormatan surat kabar Mingbo (1959-1993). Dia juga berperan dalam memuluskan proses pengembalian Hong Kong ke Republik Rakyat Cina pada 1 Juli 1997 dan menduduki sejumlah jabatan penting pemerintahan.
Ia juga banyak menulis tentang hukum, sejarah, dan ajaran Buddha, hingga dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Hong Kong dan Universitas British of Columbia, Kanada.

OKT - Oey Kim Tiang / Boe Beng Tjoe
Oey Kim Tiang atau lebih dikenal dengan OKT adalah penerjemah cerita silat terbesar.
Ia telah mengerjakan lebih dari 100 judul cerita silat dan cerita klasik Cina selama 1923-1990. Ia lahir di Tangerang pada Februari 1903 dan meninggal pada 1995. Orangtuanya mandor kebun kelapa yang selalu berpindah-pindah tempat. Ia dititipkan di keluarga ibunya dan mendapatkan pendidikan dasarnya di Tangerang. Di sana ia bersahabat dengan salah satu pengajarnya, Ong Kim Tiat. Kim Tiat pula yang membawanya ke Batavia untuk bekerja di bidang jurnalistik.
Setelah beberapa bulan bekerja di koran Perniagaan, ia kemudian pindah ke koran Keng Po yang baru saja berdiri pada Juli 1923. Di koran ini, OKT melanjutkan penerjemahan cerita sejarah klasik. Sejak itu ia menjadi penerjemah penuh seumur hidupnya.
Ketika cerita silat mengalami ledakan di akhir 1920-an, nama OKT semakin berkibar. Ia menangani cerita silat bersambung di setidaknya tiga harian. Ia sangat setia pada Keng Po yang membesarkannya dan bertahan di sana sampai koran itu mati pada 1958.
Walaupun tak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, tapi OKT justru menguasai bahasa Melaju Betawi. Penguasaan ini pernah dipuji oleh para sastrawan, seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan Ajip Rosidi. Kehatihatian membuat ia sangat setia menerjemahkan cerita silat.
Bersama saudaranya, Oey An Siok, dengan nama Boe Beng Tjoe, ia meninggalkan monumen Trilogi Rajawali Kim Yong (Jin Yong) jang telah menguasai emosi jutaan orang pembaca di seluruh dunia.


Gan. K.L - Gan Kok LiangGan Kok Liang Lincah dan Enak Dibaca Gan Kok Liang atau lebih dikenal dengan nama Gan KL mengikuti ayahnya datang ke pulau Jawa pada 1928 ketika berumur 10 tahun.
Ia benar- benar menguasai dialek Hokkian vernacular, seperti tercermin dalam karya-karyanya, tinggal di Purworejo dan menghabiskan masa remajanya di sana. Pada 1948, agresi militer Belanda telah membumi hanguskan tempat tinggalnya. Keluarga Gan KL pun pindah ke Semarang.
Ia juga mengisi untuk koran Pantjawarna. Di sinilah ia terpengaruh oleh Nio Joe Lan yang menyarankan penulisan nama-nama Cina dalam ejaan modern Bahasa Indonesia. Ini berbeda dengan kubu Keng Po yang mempertahankan penulisan berdasarkan standar van ophuijsen.
Karya penerjemah yang meninggal pada 2003 itu mencapai lebih dari 50 judul dan hampir semua ceritanya panjang. Karyanya yang akan dikenang terus antara lain adalah Tiga Dara Pendekar (Jianghu Sannuxia) karya Liang Yushen, Rahasia Putri Harum (Suqian wenshou lu) dan Hina Kelana (Xiao’ao Jianghu) karya Jin Yong, dan Pendekar Binal (Juedai shuangjiao) (1980) karya Gu Long.


Tjan I D - Tjan Ing Djoe
Tjan Ing Djoe Spesial Karya Khu Lung Tjan Ing Djoe atau lebih dikenal dengan Tjan ID.Dari jumlah buku yang pernah disadur atau diterjemahkan dari bahasa aslinya, Tjan ID menerjemahkan tidak kurang dari 93 judul yang setara dengan hampir 2.188 jilid cerita silat. Lahir pada 1949, Tjan mulai menerjemahkan cerita silat di usia 19 saat kuliah di Universitas Diponegoro Semarang. Pada awal karier penulisannya Tjan banyak dibantu oleh OKT yang juga mengajarinya teknik menerjemahkan dari bahasa Cina. Tjan ID juga seorang yang unik. Tak seperti para penerjemah lainnya, walau produktif, Tjan tidak pernah memakai kertas karbon ketika mengetik untuk naskah terjemahannya. Akibatnya ketika gelora penerjemahan cerita silat kembali muncul, Tjan ID harus kehilangan sebagian besar naskah karyanya yang hilang atau habis dimakan rayap.Sekitar 20 karya Khu Lung telah diterjemahkannya sekaligus membawanya sebagai penerjemah spesialis karya Khu Lung. Ia terkenal sebagai penerjemah yang sangat setia pada naskah aslinya. Golok Kemala Hijau pada 1974 diakui sebagai karya terjemahannya yang pertama. Karya terjemahan cerita silat terakhirnya baru saja diluncurkan Oktober ini atas kerja sama dengan Masyarakat Tjersil, berjudul Bunga Pedang, Embun Hujan, Kanglam, masih terjemahan dari karya Khu Lung. Saat ini Tjan ID tinggal di Semarang. Sembari menerjemahkan, ia sibuk beternak ayam.


G.K.H - Gan Kok Hwie
Memulai karier sebagai penerjemah karena menuruti jejak Gan KL, sang kakak, ia telah menerjemahkan tidak kurang dari 30 judul cerita silat sampai saat ini.
Gan Kok Hwie Santai dan Berapi-api Berbeda dengan kakaknya, Gan Kok Hwie atau Gan KH lebih terlihat sebagai pribadi yang santai dan penuh canda.Gan KH saat ini tinggal di Semarang dan sehari harinya sangat aktif dalam kegiatan kelenteng di Tay Kak Sie Semarang. Ia masih sangat berapiapi ketika berbicara tentang zaman kejayaan cerita silat dulu. Ia masih mengingat satu per satu karya yang pernah diterjemahkannya. Para penggemar cersil akan selalu mengenang Gan KH sebagai salah satu penerjemah terbaik cerita-cerita karya Khu Lung atau Gu Long. Di antaranya adalah serial Pendekar Harum dan saga Salju Merah. Pada 2005 ini Gan KH kembali menerjemahkan dan buku yang paling akhir terbit adalah masih dari salah satu karya Khu Lung yang diberi judul Pukulan si Kuda Binal. Gan KH berjanji akan terus menerjemahkan demi untuk mempopulerkan kembali cerita silat seperti di zaman jayanya dulu.